Menyiapkan Diri Sebelum Resign: Panduan untuk Keputusan yang Matang
Menyiapkan Diri Sebelum Resign: Panduan untuk Keputusan yang Matang
Memutuskan untuk keluar dari pekerjaan adalah keputusan besar yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan kita. Langkah ini memerlukan persiapan dan pertimbangan yang matang. Mari kita bahas hal-hal penting yang perlu kita pikirkan sebelum mengambil keputusan ini.
Evaluasi Alasan Resign
Sebelum mengambil keputusan untuk resign, cobalah merenung dan mengenali alasan yang mendorong keinginan tersebut. Alasan kita ingin keluar dari pekerjaan bisa bermacam-macam, mulai dari yang mendesak hingga yang bisa ditoleransi.
Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri: "Apakah masalah ini bisa diselesaikan tanpa harus resign?" Terkadang, kita bisa mencoba berbicara dengan atasan atau bagian HR untuk menyelesaikan masalah atau mengajukan perubahan dalam pekerjaan kita. Beberapa perusahaan mungkin bisa menawarkan solusi seperti rotasi posisi, transfer departemen, atau fleksibilitas kerja yang bisa mengatasi masalah tanpa harus keluar.
Namun, ada juga situasi di mana resign memang menjadi pilihan terbaik. Misalnya saat ada masalah kesehatan yang memburuk karena pekerjaan, lingkungan kerja yang beracun, atau ketika ada peluang karir yang jauh lebih baik. Yang penting, kita perlu membedakan antara masalah sementara yang bisa diatasi dengan masalah fundamental yang mungkin tidak bisa diperbaiki.
Kesiapan Finansial
Salah satu pertimbangan terpenting sebelum resign adalah kondisi keuangan. Tanpa persiapan finansial yang baik, kita bisa menghadapi tekanan dan kekhawatiran yang justru membuat situasi pasca-resign menjadi lebih sulit.
Idealnya, kita memiliki dana darurat yang cukup untuk bertahan minimal 3-6 bulan tanpa penghasilan. Dana ini akan menutupi kebutuhan hidup selama masa transisi mencari pekerjaan baru. Mari berpikir tentang biaya rutin bulanan: sewa/cicilan rumah, tagihan listrik dan air, biaya makan, transportasi, cicilan lainnya, dan pengeluaran tak terduga.
Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan hak-hak finansial yang akan kita dapatkan setelah resign. Ini bisa berupa pesangon, uang penghargaan masa kerja, atau pembayaran hak cuti yang belum diambil. Pastikan kita sudah mengetahui kebijakan perusahaan terkait hal ini dan memperhitungkannya dalam perencanaan keuangan kita.
Peluang Karir Selanjutnya
Sebelum memutuskan untuk resign, ada baiknya kita sudah memiliki gambaran tentang langkah selanjutnya. Apakah kita sudah memiliki tawaran pekerjaan baru? Atau mungkin berencana untuk memulai usaha sendiri?
Jika belum memiliki kepastian, cobalah melakukan riset pasar kerja terlebih dahulu. Bagaimana kondisi lapangan kerja di bidang kita saat ini? Seberapa mudah mendapatkan pekerjaan dengan kualifikasi dan pengalaman yang kita miliki? Berapa rata-rata gaji yang ditawarkan? Informasi ini bisa kita dapatkan dari situs lowongan kerja, jaringan profesional, atau bertanya pada kolega yang bekerja di industri serupa.
Menyiapkan CV dan portfolio yang terbarui juga sangat penting sebelum resign. Pastikan dokumen-dokumen ini mencerminkan pencapaian dan keterampilan terkini kita. Jika perlu, mulailah mengikuti kursus atau pelatihan untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja.
Pertimbangan Waktu yang Tepat
Timing sering kali menjadi faktor penentu keberhasilan transisi karir. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait waktu resign:
Pertama, perhatikan siklus bisnis perusahaan tempat kita bekerja. Sebaiknya hindari resign di saat-saat kritis seperti saat perusahaan sedang menangani proyek besar atau di tengah audit tahunan. Ini bukan hanya soal profesionalisme, tapi juga untuk menjaga hubungan baik dengan mantan atasan dan rekan kerja.
Kedua, pertimbangkan kondisi pasar kerja secara umum. Misalnya, resign saat ekonomi sedang lesu mungkin berisiko lebih tinggi dibandingkan saat ekonomi sedang tumbuh dan banyak perusahaan membuka lowongan.
Ketiga, sesuaikan dengan rencana pribadi kita. Jika kita berencana untuk melanjutkan pendidikan atau mengambil waktu istirahat sejenak, pastikan waktu resign kita sejalan dengan jadwal-jadwal penting tersebut.
Dampak pada Kesehatan Mental dan Kesejahteraan
Pekerjaan tidak hanya soal penghasilan, tapi juga berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan kita secara keseluruhan. Sebelum resign, pikirkanlah bagaimana keputusan ini akan mempengaruhi aspek-aspek tersebut.
Jika alasan kita resign adalah karena stres atau burnout, kita perlu memastikan bahwa langkah ini memang akan menyelesaikan masalah dan bukan hanya menghindarinya sementara. Kadang-kadang, pola kerja atau respons kita terhadap stres bisa mengikuti kita ke tempat kerja baru jika tidak diatasi dengan baik.
Di sisi lain, jika pekerjaan saat ini memang sangat memengaruhi kesehatan mental kita secara negatif, resign mungkin merupakan keputusan yang tepat. Yang penting, kita perlu memiliki strategi untuk menjaga kesehatan mental selama masa transisi pasca-resign.
Pertimbangan Jangka Panjang
Keputusan resign juga perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap karir jangka panjang kita. Beberapa hal yang perlu dipikirkan:
Bagaimana resign ini akan terlihat di CV kita? Pindah-pindah pekerjaan dalam waktu singkat bisa menimbulkan kesan negatif bagi calon pemberi kerja.
Apakah kita akan kehilangan kesempatan pengembangan karir yang sedang berjalan? Misalnya, jika saat ini kita sedang dalam program pengembangan kepemimpinan atau menunggu promosi yang hampir pasti.
Bagaimana dengan tunjangan pensiun atau benefit jangka panjang lainnya? Beberapa perusahaan memiliki program kepemilikan saham atau tunjangan pensiun yang baru bisa dinikmati setelah masa kerja tertentu.
Persiapan Administratif
Aspek administratif mungkin terdengar sepele, tapi sangat penting untuk transisi yang lancar. Beberapa hal yang perlu disiapkan:
-
Pahami kontrak kerja kita, terutama klausul tentang periode pemberitahuan resign (notice period), larangan bekerja di perusahaan kompetitor (non-compete clause), atau kewajiban pengembalian aset perusahaan.
-
Siapkan surat pengunduran diri yang profesional dan sopan. Hindari menuliskan keluhan atau kritik dalam surat tersebut. Fokus pada ucapan terima kasih dan niat baik.
-
Rencanakan serah terima pekerjaan dengan baik. Buatlah dokumentasi atau panduan untuk membantu pengganti kita nantinya.
-
Pastikan kita mendapatkan dokumen-dokumen penting seperti surat referensi, surat pengalaman kerja, atau sertifikat pelatihan yang pernah kita ikuti.
Menjaga Relasi Profesional
Meskipun kita memutuskan untuk keluar, menjaga hubungan baik dengan perusahaan dan rekan kerja lama sangatlah penting. Dunia profesional ternyata sempit, dan kita tidak pernah tahu kapan akan bertemu lagi dengan mantan kolega atau atasan dalam konteks profesional yang berbeda.
Berikut beberapa tips untuk menjaga hubungan baik:
-
Sampaikan keputusan resign kita secara langsung kepada atasan sebelum tersebar ke rekan kerja lain.
-
Tetap berkomitmen dan profesional selama masa notice period. Jangan "check out" secara mental meskipun sudah memutuskan untuk pergi.
-
Tawarkan bantuan untuk proses transisi, seperti melatih pengganti atau mendokumentasikan prosedur kerja.
-
Ucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada rekan-rekan kerja. Jika memungkinkan, adakan pertemuan informal sebagai perpisahan.
-
Tetap terhubung melalui platform profesional seperti LinkedIn dan sesekali menyapa mantan kolega untuk menjaga jaringan.
Kesimpulan
Keputusan untuk resign bukanlah keputusan yang bisa diambil secara impulsif. Ini adalah keputusan yang memerlukan pertimbangan matang dari berbagai aspek: finansial, karir, waktu, kesejahteraan, dan hubungan profesional.
Dengan mempersiapkan diri dengan baik sebelum resign, kita bisa meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang untuk transisi karir yang sukses. Ingatlah bahwa resign bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan langkah baru dalam perjalanan karir dan hidup kita.
Yang terpenting, keputusan apapun yang kita ambil, pastikan itu adalah keputusan yang kita yakini terbaik untuk diri kita sendiri, baik untuk kesejahteraan jangka pendek maupun jangka panjang.
Post a Comment